Skip to main content

Puzzle 8 (madu sepanjang musim)

Nikmatilah masa-masa awal menikah, supaya bisa dikenang saat nanti anak-anak mulai hadir dan tumbuh di tengah-tengah kita...

Demikianlah salah satu nasihat yang seringkali didengar perempuan yang baru menikah belum genap tiga purnama itu. Saat ia bercerita tentang bagaimana pengalaman barunya menikah. Mata yang berbinar-binar serta pipi yang bersemu merah seringkali menjadi bahan godaan bagi mba-mbanya yang memiliki jam terbang yang cukup tinggi dalam berumah tangga.

Ceritanya itupun kadang mengingatkan lagi senior-seniornya. Mereka pun bisa mengenang banyak hal dari cerita-cerita pasangan muda. Namun tak sedikit pula ada komentar yang mengingatkan perempuan itu untuk bersiap siaga menghadapi fase lain dalam pernikahannya.

Iya, kalau awal-awal semuanya serba baik...nanti tuh...mmmm

Ada yang bilang enaknya menikah itu hanya saat bulan madu, saat bandwith toleransi sedemikan besar. Kekurangan-kekurangan tertutupi karena kacamata cinta yang digunakan. Semua bisa dimaklumi. Setelah itu gesekan akan terjadi, dan yang berbicara kemudian adalah tuntutan-tuntutan.

Perempuan itu menghela nafasnya. Ada masa-masa tertentu, dalam diam ia merenungkan banyak hal.

Belajar dari banyak orang, menimba pengalaman dari berbagai guru kehidupan adalah sama pentingnya dengan membaca sekian banyak buku seperti yang ia lakukan sejak dulu sampai sekarang. Namun pernikahan jauh lebih kompleks dari pendekatan apapun yang pernah ada. Dan setiap pasangan itu sangat unik, seunik setiap orang yang diciptakanNya.

Sehingga pada akhirnya pengetahuan-pengetahuan baik itu teori atau lapangan harus ia kombinasikan dengan intuisi dan bisikan hatinya, untuk memilah dan memilih serta menetapkan tindakan tepat yang perlu ia ambil. Juga dalam memberikan respons atas stumuli yang diberikan lingkungan kepadanya.

Mungkinkah madu itu terasakan sepanjang musim?

Seperti juga iman, yang naik serta turun, dan perlu senantiasa diperbarui, demikian pula halnya dengan cinta. Cinta serupa tanaman yang harus disemai, dijaga, dan dipelihara agar tumbuh, berkembang, berbunga, hingga kemudian berbuah. Jika dasarnya baik, cara memliharanya baik, maka buahnyapun akan baik.

Smoga cinta yang ada di hati-hati kita tak seperti sakura, yang hanya tumbuh pada rentang waktu yang singkat di musim semi. Apalagi bila ia disemai dari sumber cahaya yang tak pernah pudar, maka akarnya akan tumbuh menghujam ke bumi. Batangnya kokoh, daunnya rimbun, berbunga harum, dan buahnya lebat sepanjang tahun...

Seperti sebuah fragmen yang pernah ia lihat bertahun-tahun yang lalu, di suatu siang di pertigaan Ganesha Bandung. Sepasang kakek dan nenek di angkot Kelapa-Dago yang mengantarnya ke kampus. Ia melihat saat nenek itu turun dari angkot, kepala nenek itu terantuk bagian atas angkot. Sang kakek refleks membelai kepala nenek itu dengan penuh kasih. Mata perempuan itu membasah memandangi mereka, dan ingatan tentang itu senantiasa tergambar dengan jelas di benaknya.

Jika 'manusia biasa' saja bisa melakukan demikian, apalagi bila kita berguru, pada sumber aslinya, dari Pemilik Cinta, yang dicontohkan orang-orang yang paling dicintaiNya. Keluarga Ibrahim, keluarga Imran, keluarga...., dan tentu saja, yang terkasih keluarga Guru sepanjang masa, Rasulullah SAW...

---
Bolehkan meminta agar tangan ini selalu dalam genggamamu
sampai musim terakhir itu bisa kita nikmati?

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar