Skip to main content

Tak biasa

Sejak pagi, kegiatan sabtu normal adanya. Pagi ke dokter, lalu belanja, masak, sholat, dll, kemudian berangkat ke masjid. Pengajian pun berjalan lancar. kali ini lebih banyak ngobrol dan diskusi tentang pengalaman, karena temanya sudah mulai masuk ke tataran ahklak.

Saat ashar tiba, kejutan muncul.

Kami ashar berjamaah. Saat sujud, lantai masjid bergoyang. Lalu saat duduk, goyangan semakin hebat, seperti guncangan dalam kapal laut. Terhebat yang pernah kurasakan. Ternyata gempa skala 5, kata kawan.

Tak hanya itu, ternyata seorang kawan yang setelah acara ditutup lalu berakrab-akrab, dan pamit pulang, datang kembali. Kereta tak ada yang jalan. Karena gempa, katanya.

Kecemasan sedikit membayang, ah tapi mungkin dalam sejam selesai, pikir kami.

Comments

Anonymous said…
karena sudah biasa, yang tak biasa pun terasa tak terlalu luar biasa ya ries?:)

Allahu ma'ana

----ummi nida---

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...

About Me & Tokyo [5]

Mudah, memudahkan Suatu hari di tengah diskusi menjelang deadline tugas kelompok yang semakin dekat, saya dan dua orang kawan (yang satu orang Jepang, dan satunya orang Cina) mengobrol tentang suka duka menjadi pelajar asing. Kawan Cina saya itu datang ke Jepang tanpa beasiswa. Selama setahun dia belajar bahasa dan bekerja untuk sekolah, lalu sekarang pun setelah sekolah, master tingkat satu seperti saya, dia pun masih saja kerja part time. Pagi mulai pukul 6 sampai siang di hari sabtu, atau dua kali di malam hari saat hari sekolah. Banyak cerita orang yang kuliah sambil kerja yang saya dengar disini, itu pun termasuk mahasiswa indonesia. Tapi mahasiswi? Satu dua saja saya mendengarnya. Kuliah saja sudah cukup melelahkan. Dan refreshing saya di akhir pekan adalah menghadiri taman-taman syurga di dunia. Kawan saya yang orang jepang itu pun bercerita betapa takutnya dia pergi keluar negeri untuk sekolah. Banyak hal yang tak terjelaskan. Apalagi dia sendiri mendengar dari k...