Skip to main content

Absen

Makin kesini, makin banyak bolos/absen di blog. Dan aku tak boleh bilang tak sempat menulis. Meski banyak cerita di pekan ini yang cukup menghangatkan hati yang belum mampu kutulis. Di sela-sela kesepian yang berpadu dengan aneka himpitan pekerjaan, selalu ada saja hiburan dariNya.

Rabu lalu, ada pertemuan pembahasan mengenai summercamp yang akan diadakan pekan depan. Camp yang melibatkan keluarga berbagai bangsa. Pertemuan ini agak berbeda karena biasanya, rapat yang kuhadiri adalah rapat besar. Selama ini aku memang seringkali absen dari rapat-rapat kecil karena jadwal yang tidak sesuai dengan aktivitas yang lain.

Rapat kecil itu dihadiri tiga muslimah indonesia, dan seorang muslimah Jepang. Karena bahasa jepang dua di antara kami masih di bawah standar, rapatpun dilakukan dengan tiga bahasa. Subhanallah... Aku jadi mikir-mikir...nanti camp nya bagaimana yaa...

Bukan rapat dan bahasa yang ingin aku ceritakan. Tapi aku ingin bercerita tentang muslimah jepang itu.

Pertama kali bertemu dengannya adalah saat bazaar ramadhan tahun lalu. Ia muslimah jepang pertama yang kutemui di negeri ini. Ia datang bersama suaminya seorang Tunisia, jika aku tak salah. Perempuan yang mungkin berusia hampir setengah abad, tapi sangat enerjik dan begitu hangat. Dia bersalin rupa, dari karakter jepang yang cenderung dingin dan aku banget, menjadi seorang yang begitu peduli dan penuh kehangatan.

Dengan bacaan Quran yang terbatas dia mengimami kami sholat maghrib. Terbatas, karena lidah mereka dalam melafalkan huruf memang tak seterampil lidah orang Indonesia (alhamdulillah...atas karunia lidah yang sedemikian ini).

Dan yang aku ingat kemudian adalah profil-profil serupa bilal, serupa summayah, yang dengan kesederhanaan ilmu, mereka tahu artinya komitmen keimanan. Semangat berkorban dengan dakwah yang sedikit-sedikit yang mereka fahami. Ah tidak, aku pikir tak sedikit, tapi banyak. Setidaknya buahnya terasakan dari keaktifannya dalam menyelenggarakan kegiatan keislaman yang berbarengan dengan upayanya menghiasi diri dengan akhlak islam.

Comments

iugee said…
Eceu, kumaha kitu bacaan Qur'an na?.. BismiRRahirrahmanirrahim?
Gak Ada 'L' yah disana mah?
Hihi.. lucu yah..
Sekaligus menakjubkan,
Tapi bagaimana orang2 seperti itu berkomitmen yah?
Bukan kah salah satu pupuk dari iman itu adalah ilmu?
Hemm..
Mungkin mereka begitu dekat dengan 4JJI ya..
Selalu di bimbing..
Kekuatannya mendekat kepada 4JJI membuat 4JJI juga lebih bersemangat mendekati mereka..

Semoga bisa dijadikan teladan..

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar