Skip to main content

About Me & Tokyo [6]

Rumah

Meski jatah tinggal di Komaba (Komaba International Students House) itu bisa diperpanjang hingga dua tahun, pada akhirnya, di bulan ke 18 saya harus pergi juga. Sebabnya sederhana saja, karena saya tak sendiri lagi. Di sini hanya ada single-room. Bila ingin mendapat jatah untuk couple-room atau family-room, kita harus mengungsi ke Odaiba.

Odaiba merupakan area wisata di Tokyo yang menarik untuk dikunjungi. Pemandangannya cantik dan kaya akan obyek menarik. Tapi saya-dan mungkin sebagian orang-merasa tempat itu kurang sesuai untuk tempat tinggal. Kehidupan sosial, biaya hidup yang cukup mahal, dan juga akses ke kampus. Waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam, tapi harus sering ganti kereta. Terkadang urusan ganti kereta ini agak melelahkan.

Jadi sejak akhir Januari ini dimulailah petualangan mencari rumah kontrakan. Saya membuat sekitar tiga belas catatan penting sebagai patokan mencari rumah. Tentu saja ada tarik ulur yang harus diprioritaskan, antara kenyamanan dan kedekatan dengan kampus misalnya.

Seperti halnya UNPAD yang memiliki dua kampus: Dupati Ukur dan Jatinangor, Titech pun punya dua kampus: Ookayama dan Suzukakedai. Yang satu di tengah kota, satunya tidak. Dan tentu saja ini pun berefek pada urusan perumahan mahasiswanya.

Sebagai penghuni kampus Ookayama, saya pun harus menghapuskan keinginan untuk punya rumah-enak-dekat-sekolah bila hanya mau membayar harga yang dianggarkan. Tiap orang memiliki prioritas keinginan dan optimasi yang berbeda, tentu.

Selain luas dan usia bangunan, beberapa point yang membuat harga sewa lebih mahal antara lain:
- jarak dekat dengan stasiun
- lantai 2 (aman, cahaya matahari)
- banyak jendela
- saluran air untuk mesin cuci di dalam
- sistem pemanasan air terpusat
- bentuk denah ruang melebar/paralel (setiap kamar tidak dilewati kamar lain)
- dll

Di Jepang ini, beberapa istilah penting terkait perumahan adalah:
1. fudosan = agen
2. oyasan = owner
3. reikin = uang kunci
4. shikikin = uang deposit
5. yachin = uang sewa bulanan
6. hosonin = penjamin

Reikin, shikikin dan uang jasa untuk fudosan ini benar-benar menguras tabungan, karena jumlahnya masing-masing bisa 0 hingga 2 kali harga sewa bulanan. Misalnya kasus termahal:
Rekin 2x, shikikin 2x, fudosan 1x
maka artinya kita harus membayar 5x sewa bulanan saat kita masuk, plus sewa bulan pertama. Bila harga sewa sekitar 60.000 yen, maka minimal kita harus membayar sekitar 303.000 yen (plus pajak). Bila kita masuk di awal bulan, maka uang yang harus kita siapkan adalah 363.000 yen. Belum termasuk biaya asuransi rumah, atau pergantian kunci (optional), dll.

Ada juga yang meniadakan, ada juga fudosan, seperti Able yang menawarkan hanya setengah harga untuk uang jasa. Saya pernah menemukan rumah dimana shikikin dan reikinnya 0. Sayang, daerahnya cukup jauh dari kampus saya.

Sedikitnya ada tiga cara yang bisa dipilih saat kita mencari tempat tinggal. Pertama, yaitu jalan yang paling mudah adalah mencari informasi mereka yang akan pindah rumah atau pulang kampung. Karena kita bisa langsung tahu kondisinya, dikenalkan ke fudosan/oyasan. Selain itu, biasanya kita akan mendapatkan harta warisan berupa peralatan besar yang sangat dibutuhkan seperti kulkas, mesin cuci, dll.

Bila tidak, kita harus membeli sendiri. Bisa juga mendapatkannya dari senior yang lain. Tentu saja harus dikirim ke alamat baru, dan pengirimian ini memakan biaya yang tidak sedikit. Maka nilai barang dan ongkos kirim pun harus kita pertimbangkan juga.

Cara kedua adalah searching melalui internet. Misalnya langsung ke hompage fudosan yang kita tahu, atau memanfaatkan jasa layanan informasi perumahan (bisa dicari di yahoo). Beberapa layanan menyediakan aneka informasi mengenai ruangan yang kita inginkan. Bentuk mansion, apato, atau rumah, dengan aneka harga dan aneka kondisi (seperti AC, toilet, tempat parkir, tahun dibangun, material, dsb). Lengkap dengan denah ruang serta tampilan luar.

Selain itu kita bisa memilih area yang kita inginkan, berdasarkan wilayah, jalur kereta, stasiun terdekat, dsb. Bahkan dengan memasukkan kriteria sekian menit dari kampus, sekian menit maks berjalan kaki, dsb., akan keluar list kamar mana saja yang tersedia.

Bila ada yang cocok, kita bisa menelepon atau mengirim e-mail fudosan untuk menanyakan ketersediaan kamar tersebut. Bila tersedia, kita pun mendatangi fudoyasan (kantornya fudosan) yang bersangkutan.

Cara ketiga adalah dengan mendatangi area yang kita ingin tinggal disitu, lalu menyusuri fudoyasan demi fudoyasan yang ada di sekitar stasiun daerah tersebut. Umunya mereka tersebar dekat stasiun.

Setelah tiba di fudoyasan, mereka akan memberikan informasi tambahan yang tak ada di internet. Ada juga fudosan yang memiliki koleksi foto-foto ruangan dalam. Bila kemudian ada yang cocok, kita bisa mengunjungi langsung. Bila tempat itu sudah kosong, kita bisa melihat ke dalam. Tapi bila tidak, cukup memperhatikan dari luar saja. Setelah itu boleh timbang-timbang, sebelum kemudian memutuskan untuk membuat kontrak yang dibuat minimal dua tahun.

Kesabaran benar-benar diuji saat kita menjadi hunter. Karena sebagian di antara pemilik rumah hanya menerima penyewa Nihon-jin. Ada lagi yang mengajukan aneka persyaratan karena penjamin kami yang masih sekolah ini adalah International Student Section di univ.

Saya agak sedih sebenarnya, karena apato/mansion yang dikhususkan bagi nihon-jin saja itu memiliki kondisi yang sangat baik dengan harga yang cukup murah. Tapi memang bukan rejeki, tak mengapa.

Mencari rumah itu melelahkan. Sungguh melelahkan...

Selama berminggu-minggu mencari, di sela-sela segala aktivitas, bersama kawan yang bergantian menemani, saya menyusuri aneka tempat, aneka fudoyasan. Dengan aneka perubahan prioritas dari kriteria yang ada, memilih mana yang penting, sangat penting, atau paling penting. Atas berbagai pertimbangan dan masukan, akhirnya saya mengambil keputusan besar itu, dan pilihan jatuh pada sebuah apato di Arima, Kawasaki.

Apato yang akan saya tempati ini ada di area yang ditinggali banyak pelajar asing. Fudosan dan oyasannya pun cukup pengalaman menangani penyewa semacam ini. Tak banyak kesulitan. Bahkan setelah diloby, saya boleh mendapat keringanan reikin menjadi 0 (awalnya 1x)

Ohya, di banyak area, mulai tersedia juga aneka ruangan lengkap dengan perabotnya. Malah tak dikenai reikin dan shikikin. Konsekuensinya harganya menjadi relatif mahal. Ini dipilih oleh banyak orang yang berencana untuk tinggal tak lama disini.

Comments

Anonymous said…
halo rieska, assalamualaikum, salam kenal. Saya mona -kaiyodai.
Wah sayang postingya br hari ini yaa, kalo gak khan bisa bareng hunting rumahnya..:D, bulan depan juga hrs keluar dr asrama.emang nyari rumah di tokyo paling syussyaahh ya...pusing euy. btw, ada salam dari mbak Wahyu, bogor -buat Rieska
Anonymous said…
loh ries, kapan undangannya?

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar