Rumah
Meski jatah tinggal di Komaba (Komaba International Students House) itu bisa diperpanjang hingga dua tahun, pada akhirnya, di bulan ke 18 saya harus pergi juga. Sebabnya sederhana saja, karena saya tak sendiri lagi. Di sini hanya ada single-room. Bila ingin mendapat jatah untuk couple-room atau family-room, kita harus mengungsi ke Odaiba.
Odaiba merupakan area wisata di Tokyo yang menarik untuk dikunjungi. Pemandangannya cantik dan kaya akan obyek menarik. Tapi saya-dan mungkin sebagian orang-merasa tempat itu kurang sesuai untuk tempat tinggal. Kehidupan sosial, biaya hidup yang cukup mahal, dan juga akses ke kampus. Waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam, tapi harus sering ganti kereta. Terkadang urusan ganti kereta ini agak melelahkan.
Jadi sejak akhir Januari ini dimulailah petualangan mencari rumah kontrakan. Saya membuat sekitar tiga belas catatan penting sebagai patokan mencari rumah. Tentu saja ada tarik ulur yang harus diprioritaskan, antara kenyamanan dan kedekatan dengan kampus misalnya.
Seperti halnya UNPAD yang memiliki dua kampus: Dupati Ukur dan Jatinangor, Titech pun punya dua kampus: Ookayama dan Suzukakedai. Yang satu di tengah kota, satunya tidak. Dan tentu saja ini pun berefek pada urusan perumahan mahasiswanya.
Sebagai penghuni kampus Ookayama, saya pun harus menghapuskan keinginan untuk punya rumah-enak-dekat-sekolah bila hanya mau membayar harga yang dianggarkan. Tiap orang memiliki prioritas keinginan dan optimasi yang berbeda, tentu.
Selain luas dan usia bangunan, beberapa point yang membuat harga sewa lebih mahal antara lain:
- jarak dekat dengan stasiun
- lantai 2 (aman, cahaya matahari)
- banyak jendela
- saluran air untuk mesin cuci di dalam
- sistem pemanasan air terpusat
- bentuk denah ruang melebar/paralel (setiap kamar tidak dilewati kamar lain)
- dll
Di Jepang ini, beberapa istilah penting terkait perumahan adalah:
1. fudosan = agen
2. oyasan = owner
3. reikin = uang kunci
4. shikikin = uang deposit
5. yachin = uang sewa bulanan
6. hosonin = penjamin
Reikin, shikikin dan uang jasa untuk fudosan ini benar-benar menguras tabungan, karena jumlahnya masing-masing bisa 0 hingga 2 kali harga sewa bulanan. Misalnya kasus termahal:
Rekin 2x, shikikin 2x, fudosan 1x
maka artinya kita harus membayar 5x sewa bulanan saat kita masuk, plus sewa bulan pertama. Bila harga sewa sekitar 60.000 yen, maka minimal kita harus membayar sekitar 303.000 yen (plus pajak). Bila kita masuk di awal bulan, maka uang yang harus kita siapkan adalah 363.000 yen. Belum termasuk biaya asuransi rumah, atau pergantian kunci (optional), dll.
Ada juga yang meniadakan, ada juga fudosan, seperti Able yang menawarkan hanya setengah harga untuk uang jasa. Saya pernah menemukan rumah dimana shikikin dan reikinnya 0. Sayang, daerahnya cukup jauh dari kampus saya.
Sedikitnya ada tiga cara yang bisa dipilih saat kita mencari tempat tinggal. Pertama, yaitu jalan yang paling mudah adalah mencari informasi mereka yang akan pindah rumah atau pulang kampung. Karena kita bisa langsung tahu kondisinya, dikenalkan ke fudosan/oyasan. Selain itu, biasanya kita akan mendapatkan harta warisan berupa peralatan besar yang sangat dibutuhkan seperti kulkas, mesin cuci, dll.
Bila tidak, kita harus membeli sendiri. Bisa juga mendapatkannya dari senior yang lain. Tentu saja harus dikirim ke alamat baru, dan pengirimian ini memakan biaya yang tidak sedikit. Maka nilai barang dan ongkos kirim pun harus kita pertimbangkan juga.
Cara kedua adalah searching melalui internet. Misalnya langsung ke hompage fudosan yang kita tahu, atau memanfaatkan jasa layanan informasi perumahan (bisa dicari di yahoo). Beberapa layanan menyediakan aneka informasi mengenai ruangan yang kita inginkan. Bentuk mansion, apato, atau rumah, dengan aneka harga dan aneka kondisi (seperti AC, toilet, tempat parkir, tahun dibangun, material, dsb). Lengkap dengan denah ruang serta tampilan luar.
Selain itu kita bisa memilih area yang kita inginkan, berdasarkan wilayah, jalur kereta, stasiun terdekat, dsb. Bahkan dengan memasukkan kriteria sekian menit dari kampus, sekian menit maks berjalan kaki, dsb., akan keluar list kamar mana saja yang tersedia.
Bila ada yang cocok, kita bisa menelepon atau mengirim e-mail fudosan untuk menanyakan ketersediaan kamar tersebut. Bila tersedia, kita pun mendatangi fudoyasan (kantornya fudosan) yang bersangkutan.
Cara ketiga adalah dengan mendatangi area yang kita ingin tinggal disitu, lalu menyusuri fudoyasan demi fudoyasan yang ada di sekitar stasiun daerah tersebut. Umunya mereka tersebar dekat stasiun.
Setelah tiba di fudoyasan, mereka akan memberikan informasi tambahan yang tak ada di internet. Ada juga fudosan yang memiliki koleksi foto-foto ruangan dalam. Bila kemudian ada yang cocok, kita bisa mengunjungi langsung. Bila tempat itu sudah kosong, kita bisa melihat ke dalam. Tapi bila tidak, cukup memperhatikan dari luar saja. Setelah itu boleh timbang-timbang, sebelum kemudian memutuskan untuk membuat kontrak yang dibuat minimal dua tahun.
Kesabaran benar-benar diuji saat kita menjadi hunter. Karena sebagian di antara pemilik rumah hanya menerima penyewa Nihon-jin. Ada lagi yang mengajukan aneka persyaratan karena penjamin kami yang masih sekolah ini adalah International Student Section di univ.
Saya agak sedih sebenarnya, karena apato/mansion yang dikhususkan bagi nihon-jin saja itu memiliki kondisi yang sangat baik dengan harga yang cukup murah. Tapi memang bukan rejeki, tak mengapa.
Mencari rumah itu melelahkan. Sungguh melelahkan...
Selama berminggu-minggu mencari, di sela-sela segala aktivitas, bersama kawan yang bergantian menemani, saya menyusuri aneka tempat, aneka fudoyasan. Dengan aneka perubahan prioritas dari kriteria yang ada, memilih mana yang penting, sangat penting, atau paling penting. Atas berbagai pertimbangan dan masukan, akhirnya saya mengambil keputusan besar itu, dan pilihan jatuh pada sebuah apato di Arima, Kawasaki.
Apato yang akan saya tempati ini ada di area yang ditinggali banyak pelajar asing. Fudosan dan oyasannya pun cukup pengalaman menangani penyewa semacam ini. Tak banyak kesulitan. Bahkan setelah diloby, saya boleh mendapat keringanan reikin menjadi 0 (awalnya 1x)
Ohya, di banyak area, mulai tersedia juga aneka ruangan lengkap dengan perabotnya. Malah tak dikenai reikin dan shikikin. Konsekuensinya harganya menjadi relatif mahal. Ini dipilih oleh banyak orang yang berencana untuk tinggal tak lama disini.
Meski jatah tinggal di Komaba (Komaba International Students House) itu bisa diperpanjang hingga dua tahun, pada akhirnya, di bulan ke 18 saya harus pergi juga. Sebabnya sederhana saja, karena saya tak sendiri lagi. Di sini hanya ada single-room. Bila ingin mendapat jatah untuk couple-room atau family-room, kita harus mengungsi ke Odaiba.
Odaiba merupakan area wisata di Tokyo yang menarik untuk dikunjungi. Pemandangannya cantik dan kaya akan obyek menarik. Tapi saya-dan mungkin sebagian orang-merasa tempat itu kurang sesuai untuk tempat tinggal. Kehidupan sosial, biaya hidup yang cukup mahal, dan juga akses ke kampus. Waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam, tapi harus sering ganti kereta. Terkadang urusan ganti kereta ini agak melelahkan.
Jadi sejak akhir Januari ini dimulailah petualangan mencari rumah kontrakan. Saya membuat sekitar tiga belas catatan penting sebagai patokan mencari rumah. Tentu saja ada tarik ulur yang harus diprioritaskan, antara kenyamanan dan kedekatan dengan kampus misalnya.
Seperti halnya UNPAD yang memiliki dua kampus: Dupati Ukur dan Jatinangor, Titech pun punya dua kampus: Ookayama dan Suzukakedai. Yang satu di tengah kota, satunya tidak. Dan tentu saja ini pun berefek pada urusan perumahan mahasiswanya.
Sebagai penghuni kampus Ookayama, saya pun harus menghapuskan keinginan untuk punya rumah-enak-dekat-sekolah bila hanya mau membayar harga yang dianggarkan. Tiap orang memiliki prioritas keinginan dan optimasi yang berbeda, tentu.
Selain luas dan usia bangunan, beberapa point yang membuat harga sewa lebih mahal antara lain:
- jarak dekat dengan stasiun
- lantai 2 (aman, cahaya matahari)
- banyak jendela
- saluran air untuk mesin cuci di dalam
- sistem pemanasan air terpusat
- bentuk denah ruang melebar/paralel (setiap kamar tidak dilewati kamar lain)
- dll
Di Jepang ini, beberapa istilah penting terkait perumahan adalah:
1. fudosan = agen
2. oyasan = owner
3. reikin = uang kunci
4. shikikin = uang deposit
5. yachin = uang sewa bulanan
6. hosonin = penjamin
Reikin, shikikin dan uang jasa untuk fudosan ini benar-benar menguras tabungan, karena jumlahnya masing-masing bisa 0 hingga 2 kali harga sewa bulanan. Misalnya kasus termahal:
Rekin 2x, shikikin 2x, fudosan 1x
maka artinya kita harus membayar 5x sewa bulanan saat kita masuk, plus sewa bulan pertama. Bila harga sewa sekitar 60.000 yen, maka minimal kita harus membayar sekitar 303.000 yen (plus pajak). Bila kita masuk di awal bulan, maka uang yang harus kita siapkan adalah 363.000 yen. Belum termasuk biaya asuransi rumah, atau pergantian kunci (optional), dll.
Ada juga yang meniadakan, ada juga fudosan, seperti Able yang menawarkan hanya setengah harga untuk uang jasa. Saya pernah menemukan rumah dimana shikikin dan reikinnya 0. Sayang, daerahnya cukup jauh dari kampus saya.
Sedikitnya ada tiga cara yang bisa dipilih saat kita mencari tempat tinggal. Pertama, yaitu jalan yang paling mudah adalah mencari informasi mereka yang akan pindah rumah atau pulang kampung. Karena kita bisa langsung tahu kondisinya, dikenalkan ke fudosan/oyasan. Selain itu, biasanya kita akan mendapatkan harta warisan berupa peralatan besar yang sangat dibutuhkan seperti kulkas, mesin cuci, dll.
Bila tidak, kita harus membeli sendiri. Bisa juga mendapatkannya dari senior yang lain. Tentu saja harus dikirim ke alamat baru, dan pengirimian ini memakan biaya yang tidak sedikit. Maka nilai barang dan ongkos kirim pun harus kita pertimbangkan juga.
Cara kedua adalah searching melalui internet. Misalnya langsung ke hompage fudosan yang kita tahu, atau memanfaatkan jasa layanan informasi perumahan (bisa dicari di yahoo). Beberapa layanan menyediakan aneka informasi mengenai ruangan yang kita inginkan. Bentuk mansion, apato, atau rumah, dengan aneka harga dan aneka kondisi (seperti AC, toilet, tempat parkir, tahun dibangun, material, dsb). Lengkap dengan denah ruang serta tampilan luar.
Selain itu kita bisa memilih area yang kita inginkan, berdasarkan wilayah, jalur kereta, stasiun terdekat, dsb. Bahkan dengan memasukkan kriteria sekian menit dari kampus, sekian menit maks berjalan kaki, dsb., akan keluar list kamar mana saja yang tersedia.
Bila ada yang cocok, kita bisa menelepon atau mengirim e-mail fudosan untuk menanyakan ketersediaan kamar tersebut. Bila tersedia, kita pun mendatangi fudoyasan (kantornya fudosan) yang bersangkutan.
Cara ketiga adalah dengan mendatangi area yang kita ingin tinggal disitu, lalu menyusuri fudoyasan demi fudoyasan yang ada di sekitar stasiun daerah tersebut. Umunya mereka tersebar dekat stasiun.
Setelah tiba di fudoyasan, mereka akan memberikan informasi tambahan yang tak ada di internet. Ada juga fudosan yang memiliki koleksi foto-foto ruangan dalam. Bila kemudian ada yang cocok, kita bisa mengunjungi langsung. Bila tempat itu sudah kosong, kita bisa melihat ke dalam. Tapi bila tidak, cukup memperhatikan dari luar saja. Setelah itu boleh timbang-timbang, sebelum kemudian memutuskan untuk membuat kontrak yang dibuat minimal dua tahun.
Kesabaran benar-benar diuji saat kita menjadi hunter. Karena sebagian di antara pemilik rumah hanya menerima penyewa Nihon-jin. Ada lagi yang mengajukan aneka persyaratan karena penjamin kami yang masih sekolah ini adalah International Student Section di univ.
Saya agak sedih sebenarnya, karena apato/mansion yang dikhususkan bagi nihon-jin saja itu memiliki kondisi yang sangat baik dengan harga yang cukup murah. Tapi memang bukan rejeki, tak mengapa.
Mencari rumah itu melelahkan. Sungguh melelahkan...
Selama berminggu-minggu mencari, di sela-sela segala aktivitas, bersama kawan yang bergantian menemani, saya menyusuri aneka tempat, aneka fudoyasan. Dengan aneka perubahan prioritas dari kriteria yang ada, memilih mana yang penting, sangat penting, atau paling penting. Atas berbagai pertimbangan dan masukan, akhirnya saya mengambil keputusan besar itu, dan pilihan jatuh pada sebuah apato di Arima, Kawasaki.
Apato yang akan saya tempati ini ada di area yang ditinggali banyak pelajar asing. Fudosan dan oyasannya pun cukup pengalaman menangani penyewa semacam ini. Tak banyak kesulitan. Bahkan setelah diloby, saya boleh mendapat keringanan reikin menjadi 0 (awalnya 1x)
Ohya, di banyak area, mulai tersedia juga aneka ruangan lengkap dengan perabotnya. Malah tak dikenai reikin dan shikikin. Konsekuensinya harganya menjadi relatif mahal. Ini dipilih oleh banyak orang yang berencana untuk tinggal tak lama disini.
Comments
Wah sayang postingya br hari ini yaa, kalo gak khan bisa bareng hunting rumahnya..:D, bulan depan juga hrs keluar dr asrama.emang nyari rumah di tokyo paling syussyaahh ya...pusing euy. btw, ada salam dari mbak Wahyu, bogor -buat Rieska