Saya lanjutkan cerita tentang kehidupan disini spesial untuk orang-orang yang selalu memperhatikan, kehidupan macam apa yang saya jalani disini.
KAMPUS
Kampus tempatku menuntut ilmu adalah Tokyo Institute of Technology(TIT). Dalam bahasa setempat namanya adalah Tokyo Kogyo Daigaku (東京工業大学) dengan nama kecil Tokodai (東工大).
Dibanding ITB-kampusku tercinta, Tokodai lebih luas. Letaknya persis berhadapan dengan stasiun Ookayama. Saat memasuki kampus, Gedung Perpustakaan dan Centenian Hall menyambut kita. Lalu pemandangan hijau taman utama yang cantiknya luar biasa kala sakura bermekaran.
Perpustakaan
Perpustakaan kampus ini lengkap dan hidup. Padahal menurut sensei (dosen-dosen) tahun-tahun terakhir ini perpustakaan bertambah sepi. Sebagian besar pelajarnya lebih tertarik untuk kerja parttime dari pada belajar benar-benar di perpus.
Masuk ke perpus perlu menggunakan kartu mahasiswa untuk menembus sensor yang dipasang dipintu. Begitupun saat meminjam buku, kartu mahasiswa tak boleh ketinggalan. Masuk ke perpus boleh membawa tas. Rasa-rasanya di Jepang ini tak ada satupun fasilitas umum yang mengharuskan kita menitipkan tas, baik itu perpustakaan maupun supermarket atau minimarket.
Buku-bukunya beragam bahasa, terbanyak bahasa Jepang, lalu bahasa Inggris kemudian China, dll. tersedia di perpus ini. Selain itu tersedia juga ruangan audio visual. Akses jurnal internasional sangat leluasa. Setiap komputer di lab dapat mengaksesnay dengan mudah. Kalaupun kita memerlukan literatur lain, kita dapat meminta mereka mendapatkannya untuk kita.
Ohya, selain perpustakaan pusat, di setiap departemen pun ada perpustakaan. Disitu kita hanya tinggal menulis buku yang kita pinjam, tanpa harus menggunakan kartu mahasiswa.
Kantin
Kantin sejenis kokesma, ada juga disini. Dikelola oleh koperasi mahasiswa (COOP). Ada dua kantin dan satu supermarket. Supermarketnya jauh lebih besar dari kokesma ITB.
Yang unik di kantin ini, makanannya telah ditakar dalam cawan atau piring kecil. Makanan itu diberi label harga, nama (alfabet dan kanji), juga besar kalori yang dikandungnya. Nasi pun ditakar dengan cara ditimbang dengan dua ukuran, small dan medium size. Ohya, mereka juga mencantumkan gambar bahan di label. Misalnya ikan, babi, ayam, sayur, dsb.
Biasanya kita urutan makan di kantin itu: mengantri, mengambil baki, lalu memilih makanan, kemudian membayarnya di kasir. Lalu mengambil alat makan, minum, saus dsb (bila suka). Setelah makan, kita juga yang membawa peralatan beserta sampah. Sampah dibuang ditempat sampah, lalu peralatan beserta baki dilewatkan di atas sebuah mesin berjalan. Ohya, sendok-garpu, dll disimpan di tempat terpisah.
Ini yang saya pikir harus ditiru. Betapa baiknya mendistribusikan pekerjaan merapikan meja pada setiap konsumen. Tak perlu ada petugas yang hilir mudik membersihakan meja seperti di kantin salman atau kokesma.
KAMPUS
Kampus tempatku menuntut ilmu adalah Tokyo Institute of Technology(TIT). Dalam bahasa setempat namanya adalah Tokyo Kogyo Daigaku (東京工業大学) dengan nama kecil Tokodai (東工大).
Dibanding ITB-kampusku tercinta, Tokodai lebih luas. Letaknya persis berhadapan dengan stasiun Ookayama. Saat memasuki kampus, Gedung Perpustakaan dan Centenian Hall menyambut kita. Lalu pemandangan hijau taman utama yang cantiknya luar biasa kala sakura bermekaran.
Perpustakaan
Perpustakaan kampus ini lengkap dan hidup. Padahal menurut sensei (dosen-dosen) tahun-tahun terakhir ini perpustakaan bertambah sepi. Sebagian besar pelajarnya lebih tertarik untuk kerja parttime dari pada belajar benar-benar di perpus.
Masuk ke perpus perlu menggunakan kartu mahasiswa untuk menembus sensor yang dipasang dipintu. Begitupun saat meminjam buku, kartu mahasiswa tak boleh ketinggalan. Masuk ke perpus boleh membawa tas. Rasa-rasanya di Jepang ini tak ada satupun fasilitas umum yang mengharuskan kita menitipkan tas, baik itu perpustakaan maupun supermarket atau minimarket.
Buku-bukunya beragam bahasa, terbanyak bahasa Jepang, lalu bahasa Inggris kemudian China, dll. tersedia di perpus ini. Selain itu tersedia juga ruangan audio visual. Akses jurnal internasional sangat leluasa. Setiap komputer di lab dapat mengaksesnay dengan mudah. Kalaupun kita memerlukan literatur lain, kita dapat meminta mereka mendapatkannya untuk kita.
Ohya, selain perpustakaan pusat, di setiap departemen pun ada perpustakaan. Disitu kita hanya tinggal menulis buku yang kita pinjam, tanpa harus menggunakan kartu mahasiswa.
Kantin
Kantin sejenis kokesma, ada juga disini. Dikelola oleh koperasi mahasiswa (COOP). Ada dua kantin dan satu supermarket. Supermarketnya jauh lebih besar dari kokesma ITB.
Yang unik di kantin ini, makanannya telah ditakar dalam cawan atau piring kecil. Makanan itu diberi label harga, nama (alfabet dan kanji), juga besar kalori yang dikandungnya. Nasi pun ditakar dengan cara ditimbang dengan dua ukuran, small dan medium size. Ohya, mereka juga mencantumkan gambar bahan di label. Misalnya ikan, babi, ayam, sayur, dsb.
Biasanya kita urutan makan di kantin itu: mengantri, mengambil baki, lalu memilih makanan, kemudian membayarnya di kasir. Lalu mengambil alat makan, minum, saus dsb (bila suka). Setelah makan, kita juga yang membawa peralatan beserta sampah. Sampah dibuang ditempat sampah, lalu peralatan beserta baki dilewatkan di atas sebuah mesin berjalan. Ohya, sendok-garpu, dll disimpan di tempat terpisah.
Ini yang saya pikir harus ditiru. Betapa baiknya mendistribusikan pekerjaan merapikan meja pada setiap konsumen. Tak perlu ada petugas yang hilir mudik membersihakan meja seperti di kantin salman atau kokesma.
Comments