Skip to main content

Kucing

Seiring dengan bergulirnya masa publikasi, maka interogasi demi interogasi pun harus kuterima. Sebenarnya agak jengah, menghadapi pertanyaan berulang yang aku terima dari kawan-kawanku. Dari yang satu aliran, sampai aliran yang melawan arus, mengajukan hal yang sama.

Kenapa pilihan sulit itu aku ambil?

Kadang aku merasa lelah menjawabnya, dan ingin menutup telinga saja. Pertanyaan-pertanyaan memburuku sementara tugas-tugas menuntut konsentrasiku. Berkali kali kupintakan kepada Allah untuk menjaga diri ini karena hati dan pikiranku sulit untuk dikendalikan. Padahal dalam sepekan ini, ada satu ujian dan enam report yang harus dituntaskan.

Ada masa dimana aku hanya memasang tampang emoticon senyum, dan pada masa yang lain aku harus menerangkan panjang lebar, karena logika yang kupunya tak serupa dengan yang kuajak bicara.

Ya Rahman...dalam jengah ini, aku tahu...rasa sayang dan kekhawatiran yang mendalam yang membuat mereka melakukan itu. Mereka takut aku salah pilih, mereka khawatir aku tak bahagia. Sepenuh hati aku berusaha menerangkan, memilahkan mana yang merupakan rule agama, mana yang merupakan darurat yang harus dihadapi.

Namun bagaimana yang tak mengenal Islam bisa memahami sesuatu atas dasar Islam? Dan aku sendiri tak mau menjual nama Tuhan atas kebodohan yang kubuat sendiri.

Yang pasti...aku berharap, waktu yang akan membuktikan.
Semoga aku menjadi salah satu yang menunjukkan kebesaranMu ya Rahman...
Bahwa muara segala ketaatan adalah ketentraman dan kebahagiaan yang hakiki

Dan kuinginkan keberkahan, menjadikan setiap momen yang menambah keyakinan padaNya.
Baik itu aku maupun orang-orang sekelilingku,
untuk kembali kepadaNya.

---
Mengenang diskusi2 panjang di YM
serta sidang kecil di ruang makan Komaba
tentang kucing dalam karung.

Comments

sarah said…
¬Ries.. tetapkan hatimu.. :) ALlah pasti membuka jalan bagi orang2 yang bertawakkal kepadanya.. *tergelak kecil* saya ni, pandai2 pula nasihatkan orang :D sorry ya Ries.. tetapi saya rasa apa yang Ries rasa adalah normal..

~ berkasihan itu indah Ries, jika hanya keranaNya ~
rieska oktavia said…
:)
jazaakillah khair...awak memang selalu baik sama saya. saling mendoakan ya, always. love u...
Anonymous said…
aamiin...
makasih yan. jazaakillah khair

-rieska-

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar